Antara Anak, Orang-Tua dan Smartphone

"To, tembak To...TEMBAK!"
"Bahaya...bahaya!. Ngumpet dulu!."


Eits, jangan salah sangka dulu. Di atas ini bukan dialog antar penjahat yang kena gebrek polisi, tapi sekedar ilustrasi dari teriakan anak-anak mabar (main bareng) game online yang sepertinya sudah menjadi pemandangan lazim kita lihat. Kemajuan teknologi yang semakin pesat dan pastinya bertujuan untuk memudahkan kehidupan manusia, juga ikut mendompleng dampak negatif yang tidak bisa dianggap remeh karena melibatkan anak-anak yang jelas-jelas sebagai penerus generasi.

Yah, entah dengan orang lain. Tapi jika saya melihat anak-anak yang berkumpul lalu hanya sibuk bermain smartphonenya masing-masing membuat saya miris dalam hati. Seperti ini.

Bocil mabar

Kalau generasi 90-an, seusia mereka umumnya bermain permainan tradisional yang berguna untuk mengembangkan daya motorik tubuh juga melatih mental agar lebih dewasa. Owya, sering ucapan ini terlontar antara saya dan istri jika kebetulan melihat anak-anak sekolahan. "Kalau anak sekarang, tampangnya imut-imut ya. Liat aja, anak SMA-nya kecil-kecil. Kalo dulu malah udah pelihara kumis...". Hihihi. Tapi tak apalah. Yang penting kan prestasi tidak amit-amit. Amiiinn.

Nah, dilema para orang-tua sekarang menghadapi anak-anaknya yang cenderung berlama-lama dengan gadget biasanya karena faktor kesibukan, atau untuk menyenangkan anak. Yah, seperti pengalaman saya juga. Dulu anak saya yang berumur 3 tahun rewelnya minta ampuuun. Sedikit-sedikit kalau permintaannya tidak dipenuhi, nangis deh.

Suatu hari, istri saya membuka youtube dan memperlihatkan video kartun tentang mobil balap. Dan anak saya suka tuh. Sepulang saya kerja, diceritakanlah kalau anak saya bisa sedikit berhenti rewelnya kalau disetel video mobil. Wah, seketika saya berpikir, jangan-jangan anak saya bisa jadi pembalap nanti besarnya. hehehe...

Dan sejak itu sudah bisa ditebak. Lama-lama dia malah kecanduan hp. Awalnya hanya nonton youtube. Lalu juga suka dengan beberapa game anak. Kalau tidak dikasih hp malah ngamuk-ngamuk. Kami sampai harus sembunyi-sembunyi jika ingin menggunakan hp agar tidak dilihat. Syukurnya sekarang semakin dia besar, tidak terlalu rewel lagi dan tidak terlalu ingin memegang hp terus karena ada teman-teman bermainnya.

Ohya. Tadi sudah 2 faktor yang saya sebutkan mengapa orang tua memberikan gadget kepada anak. Yaitu karena faktor kesibukan dan menyenangkan anak. Kalau bisa saya sebutkan lagi beberapanya seperti:
  • Alat Belajar.
    Karena aturan pembelajaran di rumah, jadi segala tugas dan materi disampaikan secara online melalui grup kelas. Menurut saya, inilah sebab utama mengapa anak-anak sekarang banyak yang sudah menggunakan smartphone. Kalau tujuannya untuk mengerjakan tugas sekolah sih sebagai orang tua rasanya saya senang-senang saja. Tapi ortu juga sesekali mendampingi agar anak bisa menanyakan jika ada yang tidak dipahami.

  • Alat Komunikasi.
    Ini sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai alat komunikasi antara orang-tua dan anak. Dan memang penting juga misalnya jika anak pulang sekolah lebih cepat jadi tinggal calling orang tua untuk menjemput. Tapi kalo untuk sekedar halo-halo saja mestinya hp biasa kan bisa ya. Ah, namanya juga keluarga pasti harus ada grup-nya dong di aplikasi chat online yang tidak mungkin dilakukan dengan hp biasa.

  • Alat Bermain.
    Dengan seabreg aplikasi permainan yang mudah didapatkan, orang-tua kadang ingin bermain juga dengan sang anak melalui smartphonenya. Seperti misalnya saya yang sesekali mengajak bermain anak game menyusun kata dan jigsaw. Memang menyenangkan dan juga sekaligus melatih kemampuan kosakata anak. Kalau ortu tahun 90-an biasanya hanya modal papan tulis dan kapur atau spidol untuk mengajarkan anak. Bisa juga dengan potongan-potongan huruf yang diacak dan suruh si anak menyusun kembali menjadi sebuah kata.

Ini gimana sih. Kasih penjelasan malah dibantah sendiri. Hehehe...Soalnya memang mudah kalau kita bicara saja dan tidak melihat lebih dalam permasalahan. Sayapun masih ingat jaman SD saya sering ketagihan main dingdong. Biasanya kalau sepulang sekolah dan masih ada sisa uang saku, sayapun pergi ke arena dingdong. Bukannya malah pulang dulu ya. Dan setelah dewasa saya bersyukur karena saya ketagihan main dingdong dan bukan main gaple misalnya.

Jadi bisa dibilang sama saja antara keadaan saya dulu dengan anak-anak sekarang. Bedanya ya frekuensi seberapa sering bermain game-nya. Lagipula sebenarnya bermain game juga bagus agar melatih anak untuk memecahkan masalah. Apalagi kalau kita lihat sekarang malah ada kejuaraan game smartphone tertentu yang bahkan hadiahnya bisa puluhan juta. Gilee....Jaman sekarang sudah semakin berbeda saja. Main game malah bisa dijadikan pekerjaan. tsk...tsk. Ngomong-ngomong kecanduan game, coba lihat yang ini.
Rental Gimbot

Bukankah pemandangan ini juga sama saja dengan gambar di awal posting ini?.

Kesimpulannya menurut saya balik lagi ke pengawasan dan pembinaan orang-tua. Memantau agar anak malah tidak terlanjur tersasar dalam dunia online lebih dalam dan juga sering-seringlah menemani anak. Yang namanya smartphone, laptop, tab dan aneka kawannya itu kan hanya sebatas alat. Jangan sampai posisi kita sebagai orang-tua malah tidak dianggap oleh anak sendiri karena sang anak lebih perduli pada gadgetnya. Salam Bahagia....
Namara

Hidup banyak pilihan.Sesulit apapun, pasti masih ada jalan...

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama