Corona Pasti Berlalu...

Corona


"Coba pikir deh, kalau bukan wabah penyakit, nama Corona ini pasti di kutip orang tua untuk anaknya yang baru lahir. Apalagi istilah Covid. Coviudin Corona...Bukannya kedengaran keren tuh?."

Itu hanyalah cuplikan kelakar oleh sepasang pelanggan di tempat saya bekerja, yang saya dengar beberapa hari lalu. Sambil ikut tertawa dalam hati, sayapun mengagumi mereka. Ditengah keresahan akibat Corona, mereka masih bisa mengambil sisi lucu dari keadaan saat ini. Yah, maklumlah. Rasanya sah-sah saja jika semua orang merasa tegang. Karena wabah virus Corona yang semakin menyebar di Indonesia, sejak tanggal 16 Maret 2020 pemerintah menghimbau seluruh warganya untuk menerapkan Social Distancing yaitu dengan bekerja dan belajar dari rumah, mengurangi interaksi dengan orang luar, menghindari kumpul-kumpul, dll. Intinya, harus jarang keluar rumah.
Contoh Social Distancing
Parodi Penerapan Social Distancing


Himbauan tersebut jelas menimbulkan dilema tersendiri. Bagi saya yang bekerja di sektor swasta dan lebih banyak mengandalkan upah harian dari tempat kerja, himbauan bekerja dari rumah berarti sama dengan tidak berpenghasilan. Memang saya akui, sayapun takut untuk terlalu dekat orang lain. Apalagi kalau orang tersebut terlihat sakit-sakitan. Tapi rasa takut itu saya pinggirkan demi anak-anak saya bisa makan. Yang penting kan saya berhati-hati.

Ohya tentang hal ini, saya punya pengalaman lucu. Ceritanya salah seorang teman kerja datang terlambat dengan muka pucat. Saya yang hendak menegur, jadi urung karena melihatnya. Dalam hati berkata, jangan-jangan ini orang bawa virus lagi. Usut punya usut, ternyata dia baru bangun tidur dan tidak mandi, langsung berangkat kerja. Hahaha...Ada-ada saja. Hampir saja saya laporkan ke Satgas Covid.

Kembali kepada dampak dari diberlakukannya Social Distancing. Terutama sejak sekolah dan kampus-kampus diliburkan, instansi pemerintahan banyak juga yang dirumahkan. Tentunya hal ini berdampak langsung dari berkurangnya klien yang datang ke tempat kami. Berkurang klien berarti juga berkurang penghasilan yang bisa saya dapat.

Tapi saya coba syukuri. Karena untung saja saya masih bisa bekerja sementara banyak orang yang kehilangan pekerjaannya akibat usahanya yang terpaksa tutup. Seperti misalnya seorang ipar saya yang bekerja di hotel yang biasanya lumayan ramai dengan turis asingnya. Kini ia harus menerima cuti sampai waktu yang belum pasti dari pihak hotel karena sepinya pengunjung. Tapi untungnya dia dapat insentif gaji untuk meringankan beban ekonominya.

Kalau istri dan anak-anak lain lagi ceritanya. Sang istri semakin takut belanja ke pasar yang tidak jauh dari rumah.  Ia memilih berbelanja di sayur keliling. Belakangan, ia malah makin mengeluh oleh naiknya harga-harga sayuran yang dijual oleh tukang sayur. Nah, kalau dari anak-anak, mereka semakin bandel saja rasanya. Ada saja permainan yang mereka lakukan yang membuat kami sebagai orang tua rasanya mau mengomel saja. Seperti bantal dan guling yang dilempar-lempar ke atas plafon misalnya. Atau botol-botol minuman yang dibuang sembarangan saja, dll.

Saya maklum sih, mereka pasti merasa bosan setiap hari karena jarang keluar. Untuk anak saya yang sudah bersekolah, sehari-hari saya jatah setiap pukul 10 pagi dan 8 malam adalah waktunya mengerjakan tugas yang diberikan gurunya lewat chat.

Kalau keluar mainpun, tidak boleh terlalu lama dan itupun hanya sekitaran rumah saja. Padahal biasanya setiap pagi atau sore ada saja kesempatan untuk kami bersenang-senang di taman bermain. Namun sejak kabar sudah ada korban Corona yang meninggal di daerah saya, alhasil segala kegiatan bersenang-senang di luar rumah ditunda dulu. Jadi yah, bisa dimaklumi kalau kenakalan mereka hanyalah bentuk pelampiasan.

Sabar ya anak-anakku. Papa dan mamamu cuma mau melindungi kalian dari wabah yang sedang update. Jika memang semua himbauan yang berkaitan dengan Social Distancing dapat segera menghapus Corona dari bumi Indonesia, maka ini adalah harga yang harus kami tanggung. Meski setiap menonton berita ada saja kabar pasien yang terus bertambah, namun tidak sedikit pula yang sembuh dan bisa kembali lagi pada keluarganya. Itu menambah harapan saya bahwa suatu saat Corona Pasti Berlalu...
Namara

Hidup banyak pilihan.Sesulit apapun, pasti masih ada jalan...

1 Komentar

  1. Seharusnya dibikin adil dan merata. Selama corona suami istri juga harus menerapkan social distancing 2 meter wkwkwk

    BalasHapus
Posting Komentar
Lebih baru Lebih lama